Ringkasan : PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Saturday, June 4, 2011


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL



A.    Konsep Dasar
Pembelajaran merupakan komponen utama dalam proses pendidikan. Pembelajaran menentukan hasil yang diperoleh siswa selama melalui proses pendidikan, dalam pembelajaran siswa memperoleh kemampuan dan keterampilan baru serta perubahan sikap dan perilaku. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran merupakan suatu  proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif dan inovatif.
Inovasi pembelajaran harus senantiasa dilakukan untuk memecahkan masalah kesulitan belajar siswa dan sebagai upaya mencapai hasil yang lebih baik. Inovasi pembelajaran bisa dilakukan secara mendasar atau hanya berupa tambahan yang secara fondasi masih memakai prinsip lama. Inovasi pembelajaran saat ini banyak bermunculan contohnya kuantum teaching, contextual teaching and learning (CTL), SAVI, dan masih banyak lagi.
Salah pembelajaran hasil inovasi adalah CTL yang merupakan akronim dari Contextual Teaching and Learning. Bila melihat sejumlah teori pembelajaran, maka CTL dapat digolongkan pada model pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu proses membutuhkan cara atau langkah pelaksanaan, cara ini terdapat macam istilah. Ada pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran; teknik pembelajaran; taktik pembelajaran; dan model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kesatuan antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai utuh. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan wujud  dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran ialah model pembelajaran kontekstual (CTL), model pembelajaran ini bisa mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi nyata siswa serta bisa membantu siswa menerapkan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Secara etimologis atau asal kata, kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana, dan keadaan (konteks)”. Secara umum kata kontekstual berarti : yang berkenaan, relevan, ada hubungan, atau kaitan langsung, mengikuti konteks ; yang membawa maksud, makna, dan kepentingan (Rini Hermawati, 2010 : 1).
Menurut Depdiknas, pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Sumiati, 2008 : 14). 
Johnson, seorang tokoh pendidikan mengemukakan bahwa CTL merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Supinah, 2009 : 40).
Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardiman, 2007 : 222).
Definisi CTL secara istilah teknis merupakan suatu model pembelajaran yang mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks kehidupan peserta didik ( konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan / keterampilan yang secara fleksibel dapat ditransfer dan diterapkan dari satu permasalahan / konteks ke permasalahan / konteks lainnya dengan tujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya (Ahmad Rosyidi, 2010 : 1).
Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivisme yaitu sebuah filosofi tentang belajar yang berpandangan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi apa yang ada di dalam benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme ini mengakar pada filsafat pragmatisme yang lahir pada awal abad ke 20 silam.
Menurut pandangan salah satu tokoh konstruktivistik Ernest, bahwa perolehan pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih khusus ialah pengetahuan  tertanam dalam benak sesuai dengan skemata yang dimiliki seseorang (Supinah, 2009 : 39).
Kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungan diciptakan alami dikarenakan sistem atau teknik pembelajaran yang digunakan sekarang pada umumnya berorientasi pada target penguasaan materi, hanya berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak dalam kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai fakta yang harus dihafal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Pencetus pembelajaran kontekstual adalah John Dewey pada 1918, ia merumuskan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa. Pemakaian pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran di sekolah mempunyai manfaat yang besar untuk siswa yaitu : membantu siswa menguasai pengetahuan, membantu siswa menguasai kompetensi  dan membantu siswa menguasai pemahaman kontekstual serta anak  didik mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya atau menghafalnya tanpa pengalaman.
Pembelajaran kontekstual mempunyai  beberapa  prinsip  dasar yang membuat CTL berbeda dengan metode pembelajaran lain sekaligus menjadi keunggulannya. 
Prinsip dasar tersebut adalah :
a.       Menekankan pada pemecahan masalah
b.      Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja
c.       Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pelajar yang aktif dan terkendali
d.      Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa
e.       Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama
f.       Menggunakan penilaian otentik
Prinsip CTL secara umum adalah mengembangkan cara belajarnya sendiri dan aplikasi dari konsep yang dipelajari (Sumiati, 2008 : 18).
Adapun perbedaan mendasar yang membedakan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional (Ahmad Rosyidi, 2010 : 1) adalah :
a.       Siswa aktif dalam proses pembelajaran
b.      Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa
c.       Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna) daripada hapalan
d.      Dapat mengintegrasikan pada beberapa bidang studi / ilmu
e.       Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
f.       Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
g.      Perilaku dibangun atas kesadaran diri
h.      Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berfikir kritis atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah melalui (kerja kelompok)
i.        Siswa tidak melakukan hal buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan
j.        Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri
k.      Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Penerapan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran akan melibatkan tujuh indikator atau tujuh kegiatan pokok yang secara langsung membedakan pembelajaran ini dengan yang lain, yaitu :  Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual yang menjadi pokok CTL sehingga bisa dibedakan dengan pembelajaran lainnya, yaitu Teori Konstruktivisme, Inquiry, Bertanya, Masyarakat Belajar, Pemodelan, Refleksi, Penilaian Autentik (Sardiman, 2007 : 222).
Setiap indikator memiliki aktivitas tertentu, yaitu : constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut) serta authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara), (Erman Suherman, 2009 : 13).
Pembelajaran ini dapat dipakai pada berbagai mata pelajaran di sekolah seperti IPA, bahasa, sains, sosial dan lain-lain (Sumiati, 2008 : 18).
Bila digambarkan maka ketujuh prinsip pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2
Tujuh konsep pokok pembelajaran kontekstual

Kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual dapat ditunjukkan berupa kombinasi dari kegiatan-kegiatan berikut ini : pembelajaran otentik, pembelajaran berbasis inquiry, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran layanan, pembelajaran berbasis kerja (Sumiati, 2008 : 16).
Dalam kegiatan kelas yang menggunakan pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran secara berkelompok. Siswa dibagi-bagi dalam kelonpok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang lemah, yang sudah tahu memberi tahu temannya, yang cepat daya tangkapnya akan mendorong yang lambat. Pengembangannya akan senantiasa mendorong komunikasi multiarah. Masing-masing pihak bisa menjadi sumber belajar (Sardiman, 2007 : 225).
Prinsip learning community mendekatkan CTl pada pembelajaran kooperatif walaupun ada perbedaan dalam pelaksanaannya. Prinsip ini bisa diartikan sebagai pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran dipandang lebih dari sekedar kerja kelompok biasa karena dalam pembelajaran harus ada struktur dan dorongan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi yang efektif di antara anggota kelompok.
Tujuan dilakukannya pembelajaran kontekstual dengan pendekatan kooperatif  adalah secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal (kemampuan berhubungan sosial dengan orang lain), mengajarkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dengan orang lain, mendorong kolaborasi, berkompromi, dan bermusyawarah mencapai kesepakatan (Julia Jasmine, 2008 : 139).
Manfaatnya adalah : meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal siswa, mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek afektif, mendorong penyelesaian pemecahan masalah lebih cepat, meningkatkan semangat belajar siswa, mengembangkan sikap gotong royong dan saling percaya. Yang pada akhirnya akan membantu siswa mengerti dan memahami materi pelajaran karena adanya diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman, serta akan saling mengoreksi antar sesama dalam kegiatan belajar. Tumbuhnya rasa kebersamaan akan menimbulkan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar.
Dari uraian tentang pembelajaran kontekstual maka terlihat bahwa pembelajaran ini memiliki kelebihan, yaitu :
1.      Menekankan pada cara dan upaya pemecahan masalah
2.      Mengenalkan bahwa  kegiatan belajar mengajar dapat terjadi pada berbagai konteks, situasi dan tempat seperti rumah dan masyarakat
3.      Mengajarkan pada siswa untuk memantau dan mengarahkan cara dan aktivitas belajarnya sehingga menjadi pelajar yang aktif dan terkendali
4.      Menekankan materi, proses dan hasil pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa sehari-hari
5.      Mendorong siswa dapat belajar tidak hanya sendirian tetapi dengan orang lain atau bersama-sama saling membantu dan berbagi
6.      Menggunakan penilaian otentik yang menilai tidak hanya satu aspek tapi semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor)

0 comments:

Search by google

Custom Search

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Columnus by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP