Kajian Paradigma Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan
Monday, March 19, 2012
Permasalahan :
Hidup bermasyarakat ditentukan oleh sifat biologi manusia, kemudian
dikontrol oleh ilmu-ilmu bermasyarakat. Setiap tempat dan waktu pola hidup
bermsyarakat berbeda ditentukan oleh kebutuhannya masing-masing, sehingga
masalah dan cara penyelesaiannya juga berbeda.
Berikut akan dicoba diuraikan mengenai :
- Gambran sebuah paradigma sosial di lingkungan tempat tinggal yang pantas dikemukakan.
- Lebih spesifik gambarkan paradigma pendidikannya.
===========================================================================
A.
Pendahuluan
Secara
genetik sifat keturunan yang dapat diamati/dilihat (warna, bentuk, ukuran)
dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah
karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip. Dalam ilmu biologi,
genotip dan lingkungan dapat menetapkan fenotip atau dengan kata lain fenotip
merupakan resultan/hasil dari genotip dan lingkungan. Dengan demikian, maka dua
genotip yang sama dapat menunjukkan fenotip yang berlainan, apabila lingkungan
bagi kedua fenotip itu berlainan. Contohnya anak kembar satu telur tentunya
memiliki genotip yang sama, tetapi jika kedua anak tersebut dibesarkan
dilingkungan berbeda maka mereka akan memiliki sifat fenotip yang berbeda.
Penulis kemukakan contoh di atas (contoh dari segi
ilmu biologi) hanya untuk memperlihatkan betapa pengaruh lingkungan sangat kuat
terhadap munculnya sifat atau karakter pada seseorang. Belum lagi sifat dasar
manusia yang lain yang dipengaruhi oleh kebutuhan biologis itu sendiri
seperti rasa lapar, rasa sakit, rasa
takut, kebutuhan seks dan ego (Sutarto, 2011) yang menentukakkan juga terhadap
karakter atau perilaku seseorang di masyarakat. Sebagai contoh pada masyarakat
yang rata-rata memiliki pekerjaan tetap (gaji cukup) tentunya tuntutan terhadap
pemenuhan/dorongan rasa lapar tersebut kecil bila dibandingkan dengan
sekelompok masyarakat yang kebanyakan memiliki pendapatan tidak menentu,
sehingga bisa terlihat karakter lain di masyarakat. Maka dengan demikian
terbentuklah masyarakat yang heterogen sehingga diperlukan ilmu yang bisa mempelajari
hidup bersama dalam masyarakat dan
ikatan-ikatan yang menguasai kehidupan tersebut (Sosiologi) diharapkan bila
terjadi konflik atau gesekan-gesekan horizontal di masyarakat, dengan ilmu ini
bisa mengatasi dan menyelesaikan masalah.
B.
Gambaran Paradigma Sosial Lingkungan Tempat Tinggal Penulis
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya dalam
membentuk kepribadian seorang manusia, adapun yang dimaksud dengan lingkungan
sosial adalah semua orang atau manusia lain yang dapat mempengaruhi manusia lain.
Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang diterima secara langsung dan ada yang
tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari
dengan orang lain, keluarga, teman-teman, kawan sekolah, sepekerjaan, dan lain
sebagainya. Pengaruh yang tidak langsung yaitu: melalui radio, TV majalah,
buku-buku surat kabar dan lain sebagainya (Dalyono, 2001:133).
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah lingkungan
sosial yang di dalamnya terdapat lingkungan keluarga yang sangat berperan dalam
pembentukan kepribadian anak dan faktor-faktor di dalamnya yang memiliki andil
besar dalam pembentukan kepribadian tersebut yang tentunya tidak terlepas dari
peran keluarga.
Lingkungan tempat tinggal penulis berada dikawasan Kecamatan
Cimenyan Kabupaten Bandung (berbatasan dengan Kota Bandung, hanya terpisahkan
oleh jalan), berada di lingkungan gang yang padat penduduk. Hampir tidak ada
celah untuk dapat dinikmati sebagai ruang terbuka oleh para penghuni rumah.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, begitupun dengan kehidupan
masyarakat yang tinggal di gang sempit yang dibangun oleh berbagai keluarga
dengan kekhasan yang beragam, tentu akan menimbulkan dinamika tersendiri bagi
masyarakat yang ada di dalamnya, hal ini diperparah dengan banyaknya rumah-rumah
kos yang dikontrakan memungkinkan banyaknya pendatang yang tentu saja memiliki
latar belakang keluarga yang beragam pula yang ikut membentuk tipe masyarakat
di daerah tersebut. Dalam bentuknya
keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan
keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai,
kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak
tersadari). Sebagian ahli menyebutnya bahwa pengaruh keluarga amat besar dalam
pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian
anak biasanya adalah keluaraga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid
antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai yang rusak.
Itupun yang terjadi di lingkungan gang sempit, kurang baik untuk perkembangan
pendidikan anak. Berikut foto letak rumah penulis.
Satu dinamika sosial terlepas kekurangannya, tentunya
pada type kelompok masyarakat seperti ini masih adanya rasa kebermasyarakatan
dan kekeluargaan yang tinggi bila dibandingkan dengan type/kelompok masyarakat
yang menamakan diri kelompok masyarakat elit dimana rumah satu sama lain
dibatasi dengan tembok yang besar, bahkan kasarnya tetangga sebeleh
meninggalpun mungkin tidak tahu. Sebagai contoh suka diadakannya kerja bakti
lingkungan hidup, ronda (poskamling), pengajian rutin ibu-ibu dan bapak-bapak
pada minggu tertentu yang sudah diagendakan, takjiah bersama bagi yang
meninggal dunia, menyantuni dan menginventarisir anak-anak yatim dan
orang-orang miskin untuk diberikan bantuan, dan lain-lainnya.
Itulah beberapa gambaran paradigma sosial yang berada
dilingkungan tempat tinggal penulis yang merasa pantas untuk diangkat dan
dikaji sehingga positif dan negatifnya bisa dijadikan bahan kajian keilmuan
sehingga menambah wawasan dalam kemasyarakatan pada khususnya dan
kewarganegaraan pada umumnya sebagaimana digambarakan pada skema di bawah ini :
Gambar
Skema Paradigma Sosial yang terbentuk di Masyarakat
C.
Gambaran Paradigma Pendidikan Tempat Tinggal Penulis
Pembahasan mengenai pengaruh lingkungan terhadap
proses pendidikan manusia khususnya dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana
penulis uraikan di atas bertitik tolak atau fokus kepada keluarga. Karena keluarga
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.
Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor
yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat
yang sehat. F.J. Brown dalam Syamsu (2006 ; 36) mengemukakan bahwa ditinjau
dari sudut pandang sosiologi, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu a)
dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang berhubungan darah atau
keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan” atau marga; b) dalam arti
sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. Selain lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakatpun tidak kalah
pentingnya dalam membantu perkembangan anak-anak dalam mencapai
kedewasaannya, lingkungan masyarakat yang baik akan menciptakan generasi yang
baik pula dan sebaliknya lingkungan masyarakat yang buruk akan membawa dampak
dan pengaruh yang buruk pada anak dalam mencapai kedewasaannya. Sehingga
perhatian terhadap lingkungan pendidikan baik pendidikan di keluarga,
madrasah/sekolah dan masyarakat menjadi sangat penting dalam rangka menciptakan
generasi yang sesuai dengan tuntutan dan harapan bangsa, negara dan agama.
Berdasarkan uraiaan tersebut di atas, betapa keluarga
merupakan factor pertama dan utama dalam peletakan dasar-dasar pendidikan bagi
anak-anaknya, sehingga para orang tua tidak ada alasan untuk tidak
memperhatikan anaknya. Dari segi melanjutkan sekolah di lingkungan penulis
rata-rata sampai tingkat SMP (mungkin karena program wajar dikdas 9 tahun) dan
sebagian lulus SMA, sedikit yang ke perguruan tinggi. Dari fenomena lain, dunia
pendidikan sekarang pada umumnya dan di sekitar tempat tinggal penulis pada
khususnya, pergaulan anak atau perkembangan anak oleh beberapa orang tua tidak
bisa dikontrol dan dikendalikan. Sebagai contoh bahasa yang keluar dari
pergaulan mereka mohon maaf banyak kata-kata “kotor” dan “jorok”, sudah
membiasakan diri merokok, berani tidak melaksanakan ibadah sesuai
kepercayaannya, dan lain sebagainya. Dengan fakta seperti itu penulis pada
khususnya dan para orang tua pada umumya dihadapkan pada posisi dilematis. Satu
sisi anak perlu bermain (memang masanya anak untuk bermain), satu sisi para
orang tua sangat riskan dengan pergaulan anak sekarang. Sehingga para orang tua
harus benar-benar membuat program kegiatan anak yang kuantitas dan kualitasnya
benar-benar terjaga sehingga mereka bisa diminimalkan terkontaminasi oleh
pergaulan yang kurang baik, walaupun pada era globalisasi dan informasi ini
sangat berat sebagai orang tua.
Untuk meminimalkan anak-anak generasi penerus bangsa
dan juga bagian dari komponen masyarakat di lingkungannya menjadi anak yang
berkualitas baik jenjang pendidikan, akhlak, dan pribadi unggul lainnya,
penulis mencoba membuat suatu skema atau alur paradigm pendidikan khususnya di
lingkungan tempat tinggal penulis sebagai berikut :
Untuk membentuk manusia yang baik dan berguna bergantung
pada proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keluarga dan masyarakat juga
sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Sekolah, keluarga,
dan masyarakat harus bekerjasama dengan baik dalam mengupayakan tercapainya
tujuan pendidikan. Keluarga berperan dalam membentuk dan mengembangkan
kepribadian “Islam” dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Masyarakat menguatkan
nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan sekolah.
Negara mendorong keluarga untuk meningkatkan peran dan
kemampuannya dalam mendidik anak serta menyediakan fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan keluarga yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam mendidik anak.
Negara dapat menarik sementara hak pendidikan anak dari seorang ayah atau ibu
dan menyerahkannya kepada keluarga atau kerabat lain yang mampu mendidik,
apabila seorang ayah atau ibu sangat lemah dalam mendidik anaknya, sampai ayah
atau ibu tersebut dapat mendidik anaknya.kjjkjafjafjakjfkajfkajfkajfkajfafajjfajfjfjfajfafjafj
Negara harus mengawasi media massa dan perilaku individu-individu dalam kehidupan umum. Media massa tidak boleh menyebarkan nilai, pemikiran, atau contoh perilaku yang membahayakan peserta didik. Demikian pula tindakan-tindakan pelanggaran hukum atau yang tercela; harus ditindak tegas sehingga tidak menyebar di tengah-tengah masyarakat. Tindakan negara ini seiring dengan peran kontrol sosial warga masyarakat sehingga efektif menjaga generasi dari lingkungan yang buruk bagi pendidikannya.
Negara harus mengawasi media massa dan perilaku individu-individu dalam kehidupan umum. Media massa tidak boleh menyebarkan nilai, pemikiran, atau contoh perilaku yang membahayakan peserta didik. Demikian pula tindakan-tindakan pelanggaran hukum atau yang tercela; harus ditindak tegas sehingga tidak menyebar di tengah-tengah masyarakat. Tindakan negara ini seiring dengan peran kontrol sosial warga masyarakat sehingga efektif menjaga generasi dari lingkungan yang buruk bagi pendidikannya.
Daftar Pustaka
Dalyono, M. 2001 Psikologi Pendidikan, Renika Cipta, Jakarta
Sutarto, Toto. 2011. Slide
Presentasi Kuliah Kajian Paradigma Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan.. Unigal
: Tidak diterbitkan.